1. Adab Murid kepada Guru
Imam Al-Ghazali dalam Ayyuhal Walad memberikan perhatian besar terhadap hubungan murid dengan gurunya. Seorang murid tidak hanya menuntut ilmu, tetapi juga harus menjaga adab, karena keberkahan ilmu sangat erat kaitannya dengan penghormatan kepada guru.
Adab murid kepada guru antara lain:
- Mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa membantah.
- Merendahkan diri di hadapan guru, tidak sombong meskipun sudah mengetahui sebagian ilmu.
- Tidak mendahului guru dalam menjawab atau menyampaikan sesuatu kecuali diminta.
- Mendoakan guru baik ketika masih hidup maupun setelah wafat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
“Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak ulama di antara kami.” (HR. Ahmad).
Perkataan sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma juga menegaskan:
“Aku merendahkan diriku di hadapan guruku hingga seakan-akan aku adalah seorang budak.”
Inilah rahasia keberkahan ilmu: adab yang tinggi kepada guru.
2. Istiqomah dalam Menuntut Ilmu dan Beribadah
Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya istiqomah. Beliau menegaskan bahwa amal sedikit yang dilakukan secara terus-menerus lebih baik daripada amal banyak yang hanya sesaat. Dalam Ayyuhal Walad, beliau menasihati muridnya untuk selalu menjaga amal meskipun ringan, tetapi dilakukan dengan konsisten.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Seorang ulama besar, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, berkata:
“Istiqomah adalah derajat yang mencakup seluruh kebaikan. Siapa yang menempuhnya, maka ia telah menempuh jalan menuju Allah dengan lurus.”
Kisah hikmah yang masyhur adalah tentang seorang murid Imam Ahmad bin Hanbal. Ia heran melihat gurunya tetap menjaga shalat sunnah malam meski sudah sangat sepuh. Imam Ahmad menjawab:
“Aku ingin mengetuk pintu surga dengan amal kecil yang terus menerus.”
3. Tawakal: Berserah Diri kepada Allah
Selain adab dan istiqomah, Imam Al-Ghazali juga mengajarkan tawakal. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi berusaha sebaik mungkin lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya.” (QS. At-Talaq: 3).
Imam Al-Ghazali dalam Ayyuhal Walad menegaskan: “Seorang hamba hendaknya menggantungkan hatinya hanya kepada Allah, bukan kepada usaha atau makhluk.”
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Aku tidak peduli dalam keadaan apa aku berada, selama aku bertawakal kepada Allah.”
Kisah inspiratif datang dari seorang tabi’in, Ibrahim bin Adham. Ketika ditanya tentang hakikat tawakal, beliau menjawab:
“Yaitu engkau yakin bahwa rezekimu tidak akan diambil orang lain, dan engkau tenang bahwa apa yang ditakdirkan tidak akan meleset darimu.”
Dari ajaran Imam Al-Ghazali dalam Ayyuhal Walad kita belajar tiga hal penting:
- Adab murid kepada guru sebagai kunci keberkahan ilmu.
- Istiqomah dalam amal ibadah dan menuntut ilmu agar mendapatkan ridha Allah.
- Tawakal setelah berusaha, menyerahkan sepenuhnya hasil kepada Allah.
Semoga kita semua, khususnya civitas akademika Azzikradepok.com, dapat mengamalkan nasihat emas ini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adab, istiqomah, dan tawakal, insyaAllah kita akan menjadi pribadi yang berilmu, berakhlak mulia, dan selalu dekat dengan Allah ﷻ.
Oleh : Putri Lulu Jannah
(Alumni Pesantren Azzikra Depok)
Editor : Ustadzah Indah Khoirunnisa Lc.
(Guru Diniyah Pesantren Azzikra Depok)




