Tentang Penyakit Hati dan Keutamaan Mengingat Akhirat

Tentang Penyakit Hati dan Keutamaan Mengingat Akhirat


Imam Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad menuliskan sebuah doa dan nasihat yang begitu dalam tentang bagaimana seorang penuntut ilmu seharusnya menyucikan hatinya. Beliau berkata:

“Adapun penyakit yang masih bisa diobati adalah ketika seorang murid itu berakal, cerdas, dan tidak dikuasai oleh penyakit hati seperti hasad (iri dengki), amarah, cinta syahwat, cinta kedudukan, dan harta. Jika ia benar-benar mencari jalan yang lurus, maka pertanyaan dan pencariannya layak dijawab. Bahkan wajib bagimu untuk menjawabnya.”

Dari kalimat ini, Imam Al-Ghazali menekankan bahwa syarat utama bagi seorang pencari ilmu adalah kebersihan hati. Ilmu tidak akan bermanfaat jika dibarengi dengan iri, sombong, atau cinta dunia. Sebab hati yang dipenuhi penyakit tidak akan mampu menerima cahaya kebenaran.

Allah ﷻ berfirman:

“Pada hari ketika tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.”
(QS. Asy-Syu’ara: 88-89)

Pentingnya Mengamalkan Ilmu
Dalam bagian lain, Imam Al-Ghazali memperingatkan bahaya seorang yang pandai menasihati orang lain namun lalai terhadap dirinya sendiri. Beliau menukil perkataan yang disampaikan kepada Nabi Isa عليه السلام:

“Wahai putra Maryam, nasihatilah dirimu terlebih dahulu. Jika engkau sudah mengambil pelajaran darinya, maka nasihatilah manusia. Jika tidak, maka malulah kepada Tuhanmu.”

Pesan ini selaras dengan firman Allah ﷻ:

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
(QS. Ash-Shaff: 2-3)

Rasulullah ﷺ pun bersabda:

“Pada malam Isra’ aku melihat suatu kaum yang lidah mereka digunting dengan gunting dari api. Aku bertanya: ‘Siapakah mereka wahai Jibril?’ Beliau menjawab: ‘Mereka adalah para khatib dari umatmu, mereka memerintahkan orang lain untuk berbuat baik, tetapi mereka melupakan diri mereka sendiri, padahal mereka membaca Kitab (Allah). Tidakkah mereka mengerti?’”
(HR. Ahmad)

Bahaya Bersikap Berlebihan dalam Nasehat
Imam Al-Ghazali juga menekankan agar seorang da’i atau penuntut ilmu menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam berkata-kata. Beliau berkata:

“Jauhilah takalluf (berlebihan) dalam perkataan, baik dengan istilah, syair, maupun perumpamaan yang dibuat-buat. Sebab Allah membenci orang yang berlebih-lebihan, karena itu tanda hati yang lalai.”

Hakikat dari peringatan atau nasihat adalah mengingatkan diri sendiri akan akhirat: tentang kematian, sakaratul maut, pertanyaan kubur, kedahsyatan hari kiamat, dan perjalanan di atas shirath. Inilah yang akan membangkitkan rasa takut kepada Allah dan membuat hati tersadar.

Sayyidina Umar bin Khattab رضي الله عنه pernah berkata:

“Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, timbanglah amalmu sebelum ia ditimbang untukmu. Sesungguhnya hisab di hari kiamat akan menjadi ringan bagi orang yang menghisab dirinya di dunia.”

Kisah Hikmah
Dikisahkan, suatu ketika Hasan al-Bashri رحمه الله melihat seseorang sedang menasihati banyak orang dengan kata-kata yang indah. Beliau pun bertanya kepadanya:

“Wahai fulan, apakah engkau sudah mengamalkan apa yang engkau nasihatkan itu?”
Orang itu terdiam, lalu Hasan al-Bashri berkata:
“Wahai manusia, janganlah kalian tertipu dengan orang yang pandai berbicara. Ambillah nasihat dari orang yang perbuatannya membuktikan ucapannya.”
Dari nasihat Imam Al-Ghazali ini kita belajar, bahwa hati yang bersih adalah syarat utama untuk menerima cahaya ilmu. Nasihat yang paling berharga adalah nasihat yang diawali dengan diri sendiri. Dan mengingat akhirat adalah kunci agar hati kita tidak lalai dalam perjalanan menuju Allah ﷻ.

Semoga kita termasuk orang-orang yang menuntut ilmu dengan hati yang ikhlas, mengamalkan ilmu yang kita dapat, serta selalu mengingat akhirat sehingga hidup kita penuh keberkahan.

Oleh : Ukhti Jeane Berliannov

(Alumni pondok pesantren Azzikra Depok )

Editor : Ustazah Fatimah Azzahra

(Guru Halaqah Qur’an Pesantren Azzikra )

Ukhti Jeane Berlianov
Ukhti Jeane Berlianov

Alumni Pesantren Azzikra Depok Tahun 2025 | Mengabdi di Pesantren Yatama & Dhuafa Azzikra Depok Tahun 2025-2026

Related Posts
Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *